Sabtu, 23 April 2011

RANAH BELAJAR A DE BLOCK & VAN DE PARERREN

BAB I
PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan mankhluk hidup lainnya.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar, apa yang sedang terjadi pada diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Bahkan, hasil belajar seseorang tidak dapat langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.
Dalam belajar, proses yang terjadi tidaklah bersifat tunggal semata, terdapat beberapa jenis belajar yang masing-masing memiliki ciri dan akarakter yang berbeda-beda, walaupun semuanya sama merupakan suatu proses belajar.
Ada beberapa pembagian jenis belajar, tentunya tiap tokoh akan berbeda sesuai dengan sudut pandang yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Dalam makalah ini nantinya akan di bahas tentang jenis belajar menurut dua tokoh yaitu De Block dan C. Van Perreren.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    RANAH BELAJAR MENURUT VAN DE BLOCK
Secara umum dalam proses belajar melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek kognotif, aspek afeksi, dan aspek psikomotorik. Namun karena dinilai terdapat kesamaan dan adanya keterikatan antara satu dengan yang lain, fungsi konatif / dinamik dan fungsi afektif sering dinilai sebagai dua komponen dalam satu aspek kepribadian. Demikian pula antara fungsi sensorik dan motorik yang juga saling berkaitan sebagai sebagai dua komponen dalam satu aspek kepribadian.
De Block menilai  bahwa masing – masing fungsi tersebut berdiri sendiri, artinya fungsi dinamik dan fungsi afektif sebagai fungsi tersendiri meskipun di satu sisi antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adapun sistematika bentuk belajar De Block sebagai berikut :
  1.  Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)      belajar dinamik
2)      belajar afektif
3)      belajar kognitif : mengingat, berpikir
4)      belajar sensi – motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan
  1.  Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)      belajar teoritis
2)      belajar teknis
3)      belajar sosial / bermasyarakat
4)      belajar estetis
  1.  Bentuk belajar yang tidak disadari
1)      belajar insidental
2)      belajar dengan mencoba – coba
3)      belajar tersembunyi

a.                  Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)      Belajar dinamik
Bentuk belajar ini mempunyai ciri khas bahwa  dalam belajar terdapat suatu kehendak, sehingga tidak menyebabkan seseorang mudah menyerah dan tidak menghendaki semua hal. Berkehendak merupakan aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan kebutuhan yang disadari dan dihayati. Secara umum kebutuhan terbagi dua macam, yaitu kebiuhan biologis, dan kebutuhan psikologis. Kesadaran terhadap adanya kebutuhan mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu agar terpenuhi kebutuhannya.  Perkembangan zaman telah mengantarkan manusia pada era globalisasi, dimana kebutuhan manusia tidak sebatas pada dapat terpenuhinya kebutuhan biologis dan psikologis, melainkan dengan apa kebutuhan tersebut terpenuhi. Lebih dari itu kerap dijumpai adanya dua kebutuhan atau lebih yang menuntut harus segera terpenuhi. Tentu saja dalam situasi seperti ini dibutuhkan suatu penilaian yang sungguh terhadap masing – masing kebutuhan, sehingga dapat memutuskan kebutuhan mana yang mendesak utuk dipenuhi, ditunda pemenuhannya, bahkan  dikorbankan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahuai bahwa berkehendak dan berkemauan tidak diperoleh ketika lahir ( bayi ), melainkan berkembang melalui proses belajar yang terarah. Berkehendak dan berkemauan secara dewasa mempunyai CIRI – CIRI : mendalam, tekun, rela menunda bila perlu, sabar, penuh pertimbangan, penuh keberanian, dan mampu menentukan prioritas diantara beberapa kebutuhan
2)      Belajar afektif
Ciri khas belajar afektif adalah belajar untuk menghaati nilai – nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan,  dabn belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspersei yang wajar. Obyek yang dinilai tidak sebatas pada manusia, namun dapat berupa feneomena atau kejadian.  Dalam belajar afektif ini seseorang akan menghayati sungguh – sungguh suatu obyek, apakah obyek tersebut bernilai bagi dirinya atau tidak. Hasil penilaian ini akan kembalai pada perasaan individu, artinya jika obyek dinilai sebagai sesuatu yang bernilai maka kan menimbulkan perasaan senang dan sebaliknya jika obyek dianggap / dinilai sebagai sesuatu yang kurang / tidak bernilai akan menimbulkan perasaan kurang senang pada diri penilai. Perasan senag meliputi sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, gembira, rasa simpati ,rasa saying dan sebagainya. Perasaan tidak senang meliputi takut, gelisah, cemas, marah, cemburu.
Fungsi afektif dan dinamik berkaitan satu dengan yang lain., sebab setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan. Setiap peserta didik wajib mendapatkan ranah belajar afektif agar dapat mengungkapkan perasaan dalam ekspresi yang wajar dan diterima oleh masyarakat. Dalam wadah pendidikan diharapkan ranah ini mmapu menumbuhkembangkan sehingga alam perasaan peserta didik menjadi kaya dan luas.
3)      Belajar kognitif
Ciri khas ranah belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk – bentuk representasi yang mewakili obyek – obyek yang dihadapi. Obyek tersebut direpresentasikan atau dihadirkan dalam dri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Kemampuan kognitif ini harus dikembangkan melalui belajar. Kemampuan bahasa sangat membantu kemajuan kognitif, sebab berfungsi dalam upaya mengungkapkan gagasann dan pikiran .
4)      Belajar sensi – motorik
Ranah belajar sensi – mtotorik mempunai CIRI khas yang terletak dalam belajar menghadapi dan menganagi obyek – obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Menurut Piaget, belajar sensi – motorik merupakan dasar bagi belajar berpikir. Mengamati obyek dan memeganag serta menganai benda, mendasari perkembangan berpikir. Dalamberpikir orang “ mempermainkan ” realita lingkungan hidupnya dalam bentuk representative. Tanpa pengamatan yang cermat dan penanganan secara konkret usaha untuk mengembangakn bentuk representasi mental yang tepat cukup sulit dilakukan.
Para ahli psikologi yag lain menekankan peranan belajar sensi – motorik untuk perkembangan afektif seseorang. Misalnya sentuhan jasmani, kontak mata, memeganag peranan dalam hubungan kasih sayang antara  satu dengan yang lain.

b.                  Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)      Belajar teoritis
Bentuk belajar ini mempunyai tujuan menempatkan semua data dan fakta ( pengetahuan ) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti terjadi dalam dalam bidang – bidang ilmiah. Maka diciptakan konsep – konsep. Relasi – relasi diantara konsep dan struktur hubungan. Seperi konsep bujur sangkar mencakup semua bentuk persegi empat; tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Juga dikembangkan metode untuk memecahkan problem secara efisien dan efektif, misalnya dalam penelitian fisika.
2)      Belajar teknis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan, dalam menagani  dan memeganag benda – benda serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya belajar mengetik. Jenis belajar ini sering disebut belajar motorik. Adapun belajar teknis meliputi fakta seperti siapa penemu pertama, konsep – konsep,; relasi – relasi seperti hubungan antara besarnya energi dan tenaga yang duhasilkan; metode memecahkan problem teknis seperti mencari sebab mobil yang tidak dapat dihidupkan
3)      Belajar bermasyarakat
Belajar bermasyarakat mempunyai tujuan mengelang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar ini meliputi fakta, seperti didirikannya Badan Perserikatan Bangsa untuk mengatur ekhidupan masyarakatdalam ringkat internasional; konsep – konsep seperti solidaritas, penghargaan dan kerukunan; relasi seperti hubungan antara penindasan dan pemberontakan; metode – metode seperti sopan santun, tata cara bermusyawarah dan sebagainya.
4)      Belajar estetis
Belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Belajar estetik meliputi fakta, seperti naam Mozzart sebagai pengubah musik klasik; konsep – konsep seperti ritme, tema dan komposisi; relasi – relasi seperti hubungan antara bentuk dan isi; metode – metode seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.

c.                   Bentuk belajar yang tidak begitu disadari
1)      Belajar incidental
Belajar incidental dua hal yang berbeda namun salah satu hal diplejari tanpa unsure kesengajaan. Hasil belajar insidnetal terbatas pada pengetahuan tentang fakta dan data.
2)      Belajar tersembunyi
Belajar tersembunyi ( latent learning ) merupakan belajar tanpa maksud . Tidak ada maskud disini hanya terdapat pada pihak yang belajar. Misalnya dalam mengajar di sekolah guru merencanakan agar siswa belajar sesuatu, namun mereka ( siswa ) tidak menyadari apa tujuan guru memberikan materi ini.
Dalam belajar incidental baik guru ataupun siswa sama tidak menyadari tentang hal yang dipelajari, sedangkan belajar tersembunyi ketidaktahuan hanya berada pada pihak siswa .

B. RANAH BELAJAR MENURUT VAN PARREREN
C. Van Parreren menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. Van parreren juga menekankan perlunya menentukan ciri-ciri khas dari hasil belajar yang kemudian menemukan menemukan kekhusussan dari proses belajar yang dilalui untuk sampai pada hasil itu, dan akhirnya memikirkan syarat-syarat yang berlaku pada proses belajar semacam itu.
 Van Parreren membedakan antara aktivitas kognitif dan aktivitas non-kognitif. Dalam aktivitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, berpikir, mempertimbangkan, membandingkan, memilih dan lain sebagainya, yang semuanya disertai dengan kesadaran tinggi. Aktivitas non-kognitif, dimana prestasi diberikan berdasarkan mengangkat, menurunkan, memindahkan, menaikkan, memutarkan dan lain sebagainya, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya (secara otomatis), tanpa disertai kesadaran tinggi mengenai apa yang dibuat dan dan mengapa dibuat begitu.
Van Parreren mengelompokkan proses-proses belajar dalam kelompokkan proses-proses belajar dalam kelompok yang membawa kemampuan kognitif dan kelompok yang membawa ke kemampuan yang non kognitif. Dalam belajar disekolah, kelompok proses belajar yang pertama sangat menonjol peranannya dan, karena itu mendapat perhatian khusus dalam psikologi pengajaran.
Adapun bentuk-bentuk sebagaimana dikembangkan oleh Van Parreren, secara lengkap, adalah sebagai berikut:
  1. Membentuk otomatisme
Membentuk otomatisme. Bentuk belajar ini terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi dapat juga meliputi belajar kognitif. Ciri khas kemampuan yang diperoleh, terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir  satu sama lain. Keuntungan dari kemampuan yang sudah menjadi otomatisme orang itu akan bisa mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik. Kelemahan dari pada otomatisme adalah keterampilan baik motorik atau hafalan menjadi kaku dan tidak fleksibel. Ada fase-fase yang harus dilalui dalam membentuk otomatisme yaitu, fase kognitif yang artinya orang mengetahui macam-macam hal mengenai keterampilan, fase latihan adalah orang akan berlatih untuk “mendarah dagingkan” keterampilan itu. Dan fase otomatisme dimana seluruh rangkaian gerak-gerik telah berlangsung dengan lancar.
  1. Belajar insidental
Belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang bersifat pengetahuan fakta atau data. Telah ditekankan oleh De Corte, siswa disekolah juga bisa mengalami belajar semacam itu, tanpa direncanakan oleh guru, namun hasilnya sebagai efek sampingan pada belajar lain dapat menguntungkan maupun menghambat bagi perkembangan siswa.
  1. Menghafal
Orang menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nanti dapat diproduksi secara harfiah sesuai dengan yang asli. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Pada waktu reproduksi harafiah ternyata skema berperan sebagai tape videokaset yang hanya dapat diputar dari depan ke belakang untuk bisa mendapat gambar yang jelas gejala ini menunjuk otomatisme pada prestasi hafalan. Skema kognitif menjadi syarat utama bagi keberhasilan menghafal. Namun ada syarat lain yang harus dipenuhi yaitu mengulang-ulang kembali materi hafalan, sampai tertanam sungguh-sungguh dalam ingatan (overlearning), lebih-lebih pada materi yang tidak mengandung struktur yang jelas.
  1. Belajar pengetahuan
Bentuk belajar ini adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dengan kata-kata sendiri, tidak perlu dirumuskan dalam bentuk aslinya. Van Parreren membedakan antara pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja, lebih-lebih bila pengetahuan itu menyangkut fakta yang diketahui dari mempelajari dua bidang studi yang berlainan. Pembedaan itu hanya berkaitan dengan cara informasi disimpan dalam ingatan.
Dalam pengetahuan yang tersedia saja, informasi disimpan secara terpisah sedangkan dalam pengetahuan fungsional, informasi yang baru diintegrasikan kedalam pengetahuan yang sudah dimiliki misalnya informasi tentang fisika diintegrasikan dengan ilmu bumi yang sudah dimiliki sebelumnya. Guru yang mengaitkan materi pengetahuan dengan pengalaman hidup siswa dan menghubungkan fakta baru dengan yang sudah diketahui, biarpun dalam bidang studi lain akan sangat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan fungsional.
  1. Belajar arti kata-kata
Bentuk belajar ini adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Perlu disadari bahwa suatu pengertian (konsep)  dapat diperoleh lebih dahulu, kemudian diberi nama berupa kata.
  1. Belajar konsep (pengertian)
Dalam proses belajar ini orang mangadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Obyek tidak ditinjau obyek detailnya tetapi aspek-aspek tertentu seolah diangkat dan disendirikan. Misalnya pada bunga flamboyan, kembang sepatu, bunga anggrek, bungan mawar, ditemukan sejumlah CIRI yaitu “mekar, bertangkai, berbenang sari, dan berputik”. Semua CIRI ditangkap dalam pengertian bunga dan dilambangkan dalam dalam bunga. Maka, pengartian/konsep adalah suatu arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki CIRI-ciri yang sama. CIRI khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini ialah adanya skema konseptual. Skema konseptual ialah suatu keseluruhan kognitif yang mencakup semua CIRI khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
  1. Belajar memecahkan problem melaluli pengamatan
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik. Pemecahan problem merupakan tujusn ysng harus dicapai, tetapi tindakan yang harus diambil supaya problem terpecahkan belum diketahui. Tindakan itu masih harus ditemukan, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsure-unsur di dalam problem. Dari reorganisasi melalui perubahan dalam pengamatan, lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem.

  1. Belajar berpikir
Dalam belajar ini, orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
  1. Belajar untuk belajar
Arti bentuk belajar ini lebih luas dari pada bentuk-bentuk belajar yang dibahas sampai sekarang dan mencakup banyak unsur dari bentuk-bentuk itu. Bentuk belajar ini paling tampak jelas dalam belajar di sekolah, bila diamati perbedaan antara siswa-siswa dalam kemajuan belajar. Seringkali ternyata, bahwa siswa-siswa tertentu pad umumnya belajar lebih cepat serta lebih maju. Dengan demikian perbedaan taraf inteligensi antara siswa dijadikan satu-satunya alasan untuk menjelaskan perbedaan dalam hal kemajuan belajar. Biasanya siswa itu belajar secara sistematik dan tidak bekerja secara impulsive, misalnya setelah membaca kata-kata pertama dari suatu pertnyaan kemudian siswa mulai langsung menjawab tanpa membaca bagian lain namun setelah hasil diperoleh siswa itu melakukan refleksi bila hasilnya ternyata tidak sesuai atau tidak tepat maka diadakan analisa terhadap kesalahan yang telah dibuat supaya lain kali tidak terulang lagi.
  1. Belajar dinamik
Bentuk belajar ini bersifat sangat kompleks, karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energi psikis, yang seolah-olah merupakan bahan bakar yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas diantaranya kegiatan belajar, sumber-sumber energi psikis adalah kemauan, sikap, motiv dan perasaan. Didalam belajar dinamik, dibentuk kemauan sikap, motif, dan modalitas perasaan, yang semuanya mengambil bagian dalam pembentukan karakter. Dalam belajar ini berperanlah unsure-unsur dari belajar kognitif dan belajar nonkognitif yang sulit ditunjukkan satu persatu. Kompleksitas belajar ini bertambah rumit, karena semua hasil belajar itu sebagian besar diperoleh bergaul dengan orang lain.


BAB III
PEMBAHASAN
Belajar merupakan suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-peruhan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.   Namun tidak setiap perubahan merupakan akibat dari belajar, melainkan akibat dari faktor lain seperti perubahan akibat kelelahan fisik, perubahan akibat menggunakan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik dan perubahan akibat pertumbuhan jasmani.
Terdapat beberapa jenis belajar yang masing-masing memiliki ciri khas antara tokoh satu dan lainnya terdapat perbedaan dalam sistematika jenis belajar walaupun jenis belajar tertentu selalu muncul dalam susunan pembagian itu.
Ranah belajar menurut A. De. Block terbagi menjadi tiga macam yaitu :
  1. Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)      belajar dinamik
2)      belajar afektif
3)      belajar kognitif : mengingat, berpikir
4)      belajar sensi – motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan
  1.  Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)      belajar teoritis
2)      belajar teknis
3)      belajar sosial / bermasyarakat
4)      belajar estetis
  1.  Bentuk belajar yang tidak disadari
1)      belajar insidental
2)      belajar dengan mencoba – coba
3)      belajar tersembunyi
Masing – masing ranah belajar tersebut mempunyai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran.Antara bentuk belajar satu dengan yang lain saling berkaitan Mengingat manusia adalah kesatuan jasmani – mental yang terintegrasi, maka setiap ranah belajar mempunyai andil dan peran dalam kehidupan.
Fungsi ranah atau keefektifan belajar sangat tergantung pada tahap pembelajaran yang dijalani. Misalnya pendidikan pada balita akan lebih efektif jika menggunakan bentuk belajar sensi – motorik, karena menurut Piaget balita berada pada perkembangan kognitif sensori – motorik. Tentunya ranah belajar tersebut akan kurang maksimal jika diterapkan pada siswa menengah pertama ( SMP ), karena tahap perkembangan kognitifnya telah memasuki tahap operasional konkret.
Selain memperhatikan tahap perkembangan, dalam menentukan ranah belajar juga memperhatikan materi pelajaran yang akan diberikan. Pelajaran atau pendidikan moral yang notabene lebih banyak mempelajari nilai – nilai hidup,  belajar afektif akan lebih berperan, karena siswa akan lebih mampu menginternalisasi makna atau isi pelajaran
Ranah belajar menurut Van De Parererren terbagi menjadi sepuluh ranah, yaitu :
1).    Membentuk otomatisme
2).    Belajar incidental
3).    Menghafal
4).    Belajar pengetahuan
5).    Belajar arti kata – kata
6).    Belajar konsep ( pengertian )
7).    Belajar memecahkan problem melalui pengamatan
8).    Belajar berpikir
9).    Belajar untuk belajar
10)  Belajar dinamik

Van Pererren membedakan antara aktifitas kognitif dan non kognitif. Dalam aktifitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, menimbang, memahami, berfikir, membandingkan, memilih,  dan lain sebagainya yang senuanya disertai kesadaran tinggi. Misalnya menyebutkan deretan bilangan,membacakan syair yang telah dihafal.
            Adapun aktifitas non kognitif pretasi belajar diberikan berdasarkan menggerakkan, mengangkat, menurunkan, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya ( secara ostomatis ) tanpa diserta kesadaran tinggi.mengenai apa yang dilakukan dan menagapa didesain seperti itu. Misalnya mendayung sepeda, menyalakan kompor, menendang bola,

BAB IV
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Perbandingan antara ranah belajarnya Van De Block dengan Van Parreren adalah:
Van De Block
Van Parreren
  • Mencakup beberapa aspek psikis, yaitu aspek kognitif, aspek afeksi, dan aspek psikomotorik.
  • Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari yaitu, belajar teoritis, belajar teknis, belajar bermasyarakat dan belajar estetik.
  • mencakup kognitif dan non kognitif
  • bentuk-bentuk belajar yang dikembangkan adalah, belajar non kognitif, belajar kognitif dan campuran belajar kognitif dan nonkognitif.

DAFTAR PUSTAKA

            Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar